Judul : Kebangkitan dan Harapan Baru
Latar : Sebuah taman sederhana dengan beberapa batu
besar dan tanaman yang mulai bertunas. Pencahayaan awal agak redup, perlahan
menjadi lebih terang.
Karakter:
- Maria:
Seorang wanita yang sedih dan kehilangan.
- Salome:
Seorang wanita yang penuh harap dan setia.
- Yohana:
Seorang wanita yang kuat dan mencari kebenaran.
- Malaikat:
Sosok yang tenang dan membawa kabar baik (bisa diperankan tanpa dialog,
hanya mimik dan gerakan).
(Adegan 1)
(Lampu remang-remang. Maria, Salome, dan Yohana berjalan
perlahan menuju sebuah batu besar. Mereka tampak sedih dan letih.)
Maria: (Dengan suara lirih) Batu ini… terasa begitu
berat. Seperti beban di hati kita.
Salome: Tiga hari sudah berlalu… terasa seperti
selamanya. Ke mana perginya semua harapan yang pernah ada?
Yohana: Kita datang untuk merawat tubuh-Nya…
memberikan penghormatan terakhir. Tapi hatiku hancur membayangkan Dia terbaring
di sana… dalam kegelapan.
(Mereka tiba di dekat batu. Mereka terkejut melihat batu
itu telah bergeser.)
Maria: Batu itu… tidak ada di tempatnya! Siapa yang…
Salome: (Dengan nada bingung) Bagaimana mungkin? Batu
sebesar ini…
Yohana: (Melihat sekeliling dengan cemas) Apakah ada
yang datang ke sini? Apakah mereka… mengambil-Nya?
(Tiba-tiba, cahaya mulai memancar dari balik batu.
Malaikat muncul, berdiri dengan tenang di tempat batu itu dulunya berada. Para
wanita terkejut dan mundur ketakutan.)
Maria: (Berbisik) Siapa… siapa itu?
Salome: Cahaya… begitu terang…
Yohana: Jangan takut… mari kita lihat…
(Mereka perlahan mendekat. Malaikat tersenyum lembut dan
menunjuk ke arah cahaya yang semakin terang.)
(Adegan 2)
(Cahaya semakin terang, menerangi taman dengan warna
putih dan kuning. Tunas-tunas tanaman tampak lebih jelas.)
Maria: (Dengan nada bertanya) Di mana Dia? Di mana
tubuh-Nya?
(Malaikat menggelengkan kepala perlahan, lalu mengangkat
tangannya ke atas, seolah menunjukkan sesuatu yang lebih tinggi.)
Salome: (Mulai mengerti) Apakah… apakah Dia tidak di
sini?
Yohana: (Dengan mata berbinar) Mungkinkah…? Apa yang
pernah Dia katakan… tentang bangkit kembali…?
(Malaikat mengangguk pelan, dengan ekspresi penuh
sukacita.)
Maria: (Mulai menangis, tapi kali ini air mata
kelegaan) Dia… Dia bangkit?
Salome: (Tertawa kecil penuh haru) Kebangkitan…
harapan itu nyata!
Yohana: Kegelapan telah dikalahkan! Batu yang berat
itu telah digulingkan!
(Adegan 3)
(Para wanita saling berpandangan, senyum merekah di wajah
mereka.)
Maria: Ini… ini luar biasa! Kita harus memberitahukan
kepada yang lain!
Salome: Ya! Kabar baik ini harus menyebar! Ketakutan
dan kesedihan telah sirna!
Yohana: Kita telah melihat sendiri! Kematian tidak
memiliki kuasa lagi! Ada harapan baru bagi kita semua!
(Mereka bertiga berdiri tegak, memandang ke arah cahaya
yang semakin terang. Mereka saling berpegangan tangan, merasakan kekuatan dan
harapan yang baru.)
Maria: Dia telah bangkit…
Salome: Dan kita pun dibangkitkan bersamanya…
Yohana: Menuju harapan yang abadi!
(Lampu semakin terang, menerangi seluruh taman dengan
warna-warna cerah. Musik lembut dan penuh kemenangan mulai terdengar.)
(Ketiga wanita itu berjalan keluar dari area batu, dengan
langkah yang lebih ringan dan penuh keyakinan. Malaikat tetap berdiri di sana,
tersenyum, sebelum perlahan menghilang bersama cahaya yang semakin memudar.)
(Lampu kembali ke intensitas normal, meninggalkan kesan
damai dan penuh harapan.)
[SELESAI]
Catatan:
- Durasi
drama ini bisa disesuaikan dengan tempo dialog dan jeda antar adegan.
- Ekspresi
wajah dan bahasa tubuh para aktor sangat penting untuk menyampaikan emosi
dan makna drama.
- Penggunaan
cahaya dan musik sangat membantu dalam menciptakan atmosfer yang sesuai
dengan tema.
- Malaikat
tidak memiliki dialog untuk menambah kesan misterius dan ilahi. Pesannya
disampaikan melalui kehadiran dan tindakannya.
- Dekorasi
sederhana dengan batu besar dan tunas-tunas baru sudah cukup untuk
mendukung tema visual. Warna putih dan kuning pada pencahayaan bisa
ditonjolkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar