Kajian Teologis Mengenai Persembahan Perpuluhan: Kewajiban atau Pilihan bagi Umat Kristen?


I. Pendahuluan

A. Definisi dan Konsep Dasar Perpuluhan

Persembahan perpuluhan, atau sering disebut persepuluhan, merupakan sebuah praktik keagamaan yang memiliki akar sejarah panjang dan makna teologis yang mendalam. Secara harfiah, istilah "perpuluhan" berasal dari kata "sepuluh," merujuk pada pemberian sepersepuluh (1/10 atau 10%) dari pendapatan atau hasil yang diperoleh seseorang.1 Dalam konteks Alkitab, praktik ini awalnya berkaitan erat dengan hasil pertanian dan ternak pada masyarakat agraris kuno.4 Namun, seiring perkembangan zaman, khususnya dalam konteks masyarakat modern, perpuluhan seringkali dipahami sebagai pemberian 10% dari penghasilan finansial seseorang, biasanya disalurkan melalui lembaga keagamaan seperti gereja.2

Lebih dari sekadar tindakan memberikan sebagian harta, perpuluhan dalam tradisi Yudeo-Kristen dimaknai sebagai ekspresi konkret dari iman. Ia merupakan wujud rasa syukur atas berkat dan pemeliharaan Tuhan, sebuah tindakan ketaatan terhadap perintah-Nya (dalam konteks Perjanjian Lama), serta pengakuan atas kedaulatan Allah sebagai pemilik mutlak atas segala sesuatu yang dimiliki manusia.2 Dengan memberikan bagian pertama atau yang terbaik, umat mengakui bahwa Allah adalah sumber segala berkat dan layak diutamakan dalam segala aspek kehidupan.15

B. Signifikansi Pertanyaan: Kewajiban Perpuluhan bagi Umat Kristen

Pertanyaan mengenai apakah perpuluhan merupakan suatu kewajiban (kewajiban) bagi umat Kristen di masa kini merupakan isu yang signifikan dan seringkali menimbulkan perdebatan serta pergumulan pribadi di kalangan orang percaya.15 Topik ini menjadi penting karena menyentuh aspek praktis kehidupan iman, pengelolaan keuangan pribadi, serta pemahaman teologis mengenai hubungan antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Signifikansi pertanyaan ini terlihat dari beberapa hal:

1.    Kontroversi dan Perbedaan Pandangan: Terdapat spektrum pandangan yang luas di dalam kekristenan mengenai status perpuluhan. Beberapa gereja dan denominasi menekankannya sebagai perintah yang tetap berlaku dan wajib ditaati, sementara yang lain menganggapnya sebagai bagian dari Hukum Taurat yang tidak lagi mengikat secara hukum bagi orang Kristen di bawah perjanjian anugerah.15 Perbedaan ini seringkali menjadi sumber kebingungan bagi jemaat.17

2.    Implikasi Teologis: Perdebatan mengenai perpuluhan menyentuh inti pemahaman teologis tentang kontinuitas dan diskontinuitas antara Perjanjian Lama dan Baru, peran Hukum Taurat dalam kehidupan orang percaya, serta natur dari perjanjian anugerah dalam Kristus.1 Bagaimana seseorang memahami isu perpuluhan seringkali merefleksikan kerangka teologis yang lebih luas yang dianutnya.

3.    Praktik Pemberian Kristen: Pemahaman yang benar mengenai dasar teologis pemberian, termasuk perpuluhan, sangat penting untuk membentuk praktik spiritualitas yang sehat dan Alkitabiah. Apakah pemberian didasarkan pada kewajiban hukum, respons syukur atas kasih karunia, atau motivasi lainnya, akan sangat memengaruhi sikap hati dan cara orang Kristen mengelola sumber daya yang dipercayakan Tuhan.32

Oleh karena itu, kajian mendalam mengenai perpuluhan dari perspektif Alkitab dan teologi menjadi relevan untuk memberikan kejelasan dan landasan yang kokoh bagi umat Kristen dalam memahami dan mempraktikkan pemberian.

C. Metodologi Kajian

Kajian ini akan menggunakan pendekatan biblika-teologis untuk menjawab pertanyaan sentral mengenai kewajiban perpuluhan bagi umat Kristen. Metodologi yang digunakan meliputi:

1.    Analisis Tekstual: Meneliti dan menganalisis ayat-ayat kunci dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang secara eksplisit maupun implisit membahas praktik perpuluhan. Fokus akan diberikan pada konteks historis, linguistik, dan teologis dari teks-teks tersebut.

2.    Sintesis Teologis: Mengintegrasikan temuan dari analisis tekstual untuk membangun pemahaman teologis yang koheren mengenai perkembangan konsep perpuluhan dari era pra-Taurat, masa Hukum Musa, hingga era Perjanjian Baru. Ini melibatkan penelusuran tema-tema teologis terkait seperti kovenan, hukum, anugerah, ibadah, dan penatalayanan.

3.    Kajian Komparatif: Membandingkan argumen-argumen teologis utama yang mendukung dan menentang kewajiban perpuluhan di masa kini, serta merangkum perspektif dari berbagai tradisi atau denominasi Kristen sebagaimana tercermin dalam materi riset yang tersedia.

4.    Fokus Jawaban: Seluruh analisis diarahkan untuk memberikan jawaban yang berakar pada Alkitab dan bertanggung jawab secara teologis terhadap pertanyaan inti: Apakah persembahan perpuluhan merupakan suatu kewajiban bagi orang Kristen saat ini?

Melalui metodologi ini, diharapkan kajian ini dapat menyajikan pandangan yang komprehensif, berimbang, dan membantu pembaca memahami isu perpuluhan dalam terang keseluruhan narasi Alkitab.

II. Akar Sejarah dan Praktik Perpuluhan dalam Perjanjian Lama

A. Praktik Sebelum Hukum Taurat: Abraham dan Yakub

Jauh sebelum Hukum Musa diberikan di Sinai, Alkitab mencatat dua contoh signifikan mengenai praktik pemberian sepersepuluh, yaitu oleh Abraham dan Yakub. Kisah Abraham memberikan perpuluhan tercatat dalam Kejadian 14. Setelah meraih kemenangan dalam pertempuran melawan Kedorlaomer dan raja-raja sekutunya untuk menyelamatkan Lot, Abraham bertemu dengan Melkisedek, Raja Salem sekaligus Imam Allah Yang Mahatinggi. Sebagai respons atas berkat yang diterimanya dari Melkisedek, Abraham "memberikan kepadanya sepersepuluh dari semuanya" (Kejadian 14:20).2

Penting untuk dicatat bahwa tindakan Abraham ini merupakan peristiwa tunggal yang tercatat dalam hidupnya, bukan sebuah rutinitas atau hukum yang mengikat.3 Motivasi Abraham tampaknya bukan karena adanya perintah hukum, melainkan sebagai ungkapan syukur spontan atas kemenangan yang dianugerahkan Allah dan sebagai bentuk pengakuan terhadap status Melkisedek sebagai Imam Allah Yang Mahatinggi.2 Praktik ini mungkin familiar bagi Abraham yang berasal dari Mesopotamia, di mana persembahan sepersepuluh kepada raja atau dewa merupakan kebiasaan.23

Contoh kedua adalah Yakub, cucu Abraham. Dalam pelariannya dari Esau, Yakub berhenti di Betel dan bermimpi tentang tangga ke surga serta menerima janji penyertaan dan perlindungan dari Allah. Sebagai respons, Yakub bernazar, "Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu," (Kejadian 28:22) dengan syarat bahwa Allah akan menyertainya, melindunginya, memberinya makan dan pakaian, serta membawanya kembali dengan selamat.1 Nazar Yakub ini jelas bersifat kondisional ("jika Allah akan...") dan merupakan ikrar pribadi yang tidak secara otomatis mengikat keturunannya.1

Kedua contoh pra-Taurat ini menunjukkan karakteristik penting. Tindakan perpuluhan oleh Abraham dan Yakub bersifat spontan, situasional, dan sukarela. Abraham memberikannya sekali kepada figur unik (Melkisedek), sementara Yakub menjadikannya bagian dari nazar pribadi yang bersyarat. Tidak ada indikasi bahwa ini merupakan hukum universal yang mengikat sebelum era Musa. Hal ini berbeda secara signifikan dengan sistem perpuluhan yang terstruktur dan diwajibkan di bawah Hukum Musa. Ini menyiratkan bahwa perpuluhan bukanlah hukum moral abadi yang inheren sejak penciptaan, melainkan sebuah praktik yang kemudian diadopsi dan dikodifikasi secara formal dalam kovenan Allah dengan Israel untuk tujuan-tujuan spesifik.

B. Perpuluhan di Bawah Hukum Musa: Perintah dan Tujuan

Dengan diberikannya Hukum Taurat melalui Musa, praktik perpuluhan bertransformasi dari tindakan sukarela menjadi sebuah perintah (mitsvah) yang dilembagakan bagi seluruh bangsa Israel. Kitab Imamat menyatakan, "Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN." (Imamat 27:30). Perintah ini ditegaskan kembali dalam Kitab Bilangan dan Ulangan.1

Hukum Musa menetapkan beberapa tujuan utama dari sistem perpuluhan ini:

1.    Dukungan bagi Suku Lewi dan Para Imam: Berbeda dengan suku-suku Israel lainnya, suku Lewi tidak menerima bagian tanah pusaka di Kanaan karena mereka dikhususkan untuk melayani di Kemah Suci dan kemudian Bait Allah. Sebagai kompensasi atas pelayanan mereka dan untuk menopang kehidupan mereka, Allah menetapkan agar perpuluhan dari seluruh Israel diberikan kepada suku Lewi (Bilangan 18:21, 24).2 Menariknya, orang Lewi sendiri juga diperintahkan untuk memberikan persepuluhan dari perpuluhan yang mereka terima (dikenal sebagai terumat ha-ma'aser) kepada para imam keturunan Harun (Bilangan 18:26-28).8 Hal ini menunjukkan adanya struktur dukungan bertingkat dalam sistem keimamatan Israel.

2.    Perayaan Keagamaan dan Perjamuan Kudus: Kitab Ulangan menjelaskan jenis perpuluhan kedua yang harus dibawa oleh umat Israel ke tempat ibadah yang dipilih Tuhan (awalnya Silo, kemudian Yerusalem). Perpuluhan ini, yang terdiri dari hasil bumi dan ternak, dimaksudkan untuk dimakan dan dinikmati di hadapan Tuhan oleh keluarga yang mempersembahkan beserta orang Lewi yang ada di tempat itu, sebagai bagian dari perayaan-perayaan keagamaan tahunan (Ulangan 12:17-18; 14:22-27).1 Jika jarak ke tempat ibadah terlalu jauh, hasil bumi atau ternak tersebut boleh dijual, dan uangnya digunakan untuk membeli makanan dan minuman (termasuk anggur atau minuman keras) untuk perjamuan sukacita di tempat kudus (Ulangan 14:24-26).1 Tujuan eksplisit dari perpuluhan ini adalah agar bangsa Israel "belajar takut akan TUHAN, Allahmu, seumur hidupmu" (Ulangan 14:23).14

3.    Bantuan Sosial (Perpuluhan Tahun Ketiga): Hukum Taurat juga menetapkan adanya perpuluhan khusus yang dikumpulkan setiap akhir tahun ketiga dalam siklus tujuh tahun (tahun Sabat dikecualikan).1 Perpuluhan ini tidak dibawa ke tempat kudus pusat, melainkan disimpan "di dalam tempatmu" atau "di pintu gerbangmu" (kota-kota setempat).14 Tujuannya adalah untuk dibagikan kepada kelompok-kelompok masyarakat yang rentan secara sosial dan ekonomi: orang Lewi (yang tidak punya tanah), orang asing (pendatang), anak yatim, dan janda (Ulangan 14:28-29; 26:12).1 Ini menunjukkan dimensi keadilan sosial yang kuat dalam hukum perpuluhan Perjanjian Lama.

Jenis hasil yang dikenai perpuluhan meliputi produk-produk pertanian utama seperti gandum, anggur baru (minuman anggur), minyak (zaitun), dan buah-buahan, serta ternak seperti lembu sapi dan kambing domba.5 Untuk ternak, setiap hewan kesepuluh yang melewati tongkat gembala harus dikuduskan bagi Tuhan (Imamat 27:32).1

C. Sifat Perpuluhan dalam Perjanjian Lama: Kewajiban atau Kesukarelaan?

Di bawah sistem Hukum Musa, perpuluhan secara jelas ditetapkan sebagai perintah Tuhan dan dipandang sebagai suatu kewajiban bagi bangsa Israel.2 Kegagalan untuk memberikan perpuluhan dianggap sebagai tindakan serius, yang oleh Nabi Maleakhi disebut sebagai "merampok" atau "menipu" Allah (Maleakhi 3:8-9).1 Bahasa yang keras ini menunjukkan betapa pentingnya ketaatan dalam hal ini bagi hubungan Israel dengan Allah.

Namun demikian, menarik untuk dicatat bahwa Hukum Musa tidak secara eksplisit menjabarkan hukuman legal atau sanksi spesifik bagi individu yang lalai memberikan perpuluhan, berbeda dengan pelanggaran hukum lainnya. Kitab Ulangan justru menekankan aspek kesadaran diri dan pengakuan di hadapan Tuhan setelah perpuluhan (khususnya perpuluhan tahun ketiga) telah disalurkan (Ulangan 26:12-15).1 Umat Israel diminta untuk menyatakan di hadapan Tuhan bahwa mereka telah taat, lalu memohon berkat-Nya.

Konsekuensi utama dari ketidaktaatan dalam memberikan perpuluhan lebih bersifat spiritual dan komunal. Maleakhi mengaitkan kegagalan memberi perpuluhan dengan kutuk atau hilangnya berkat ilahi atas hasil panen dan kemakmuran bangsa (Maleakhi 3:9-10).1 Sebaliknya, ketaatan dalam memberi perpuluhan dijanjikan akan membuka "tingkap-tingkap langit" dan mendatangkan berkat berkelimpahan (Maleakhi 3:10).1 Selain itu, kelalaian memberi perpuluhan berdampak langsung pada para pelayan Tuhan (imam dan orang Lewi), yang terpaksa meninggalkan tugas pelayanan mereka untuk mencari nafkah, sehingga mengganggu jalannya ibadah komunal (Nehemia 13:10).1

Meskipun memiliki aspek yang mirip dengan pajak (mendukung struktur keagamaan dan sosial), perpuluhan dalam Hukum Musa memiliki makna teologis yang lebih dalam. Ia bukan sekadar iuran, melainkan bagian integral dari kovenan (perjanjian) antara bangsa Israel dengan Yahweh, Allah mereka. Memberikan perpuluhan merupakan tanda ketaatan pada perjanjian tersebut, pengakuan atas kepemilikan mutlak Tuhan atas tanah dan hasilnya 15, serta bentuk partisipasi aktif dalam kehidupan komunal umat perjanjian. Oleh karena itu, mengabaikan perpuluhan bukan hanya dilihat sebagai pelanggaran administratif, tetapi sebagai bentuk ketidaksetiaan atau pengkhianatan terhadap hubungan kovenan itu sendiri. Inilah mengapa Maleakhi menggunakan bahasa yang begitu kuat seperti "merampok Allah".1 Pemahaman ini penting karena mengimplikasikan bahwa mentransfer konsep "kewajiban" perpuluhan secara langsung dari Kovenan Lama ke dalam konteks Kovenan Baru (yang memiliki dasar dan mediator berbeda, yaitu Kristus) memerlukan justifikasi teologis yang cermat, dan tidak bisa dilakukan hanya berdasarkan analogi sederhana.

D. Makna Teologis Perpuluhan dalam Konteks Israel Kuno

Praktik perpuluhan dalam Perjanjian Lama sarat dengan makna teologis yang membentuk spiritualitas dan kehidupan sosial bangsa Israel:

1.    Pengakuan Kedaulatan dan Kepemilikan Allah: Inti dari perpuluhan adalah pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari Tuhan dan merupakan milik-Nya. Manusia hanyalah pengelola atau penatalayan atas apa yang Tuhan percayakan.7 Dengan mengembalikan sepersepuluh, umat Israel secara simbolis mengakui sumber sejati dari segala berkat mereka.

2.    Ekspresi Syukur: Perpuluhan merupakan wujud nyata rasa syukur umat kepada Allah atas kemurahan, pemeliharaan, dan berkat-berkat-Nya, terutama terkait hasil panen dan ternak yang menopang kehidupan mereka.2 Perjamuan perpuluhan di Ulangan 14 secara eksplisit merupakan perayaan sukacita atas berkat Tuhan.14

3.    Tindakan Ibadah: Memberikan perpuluhan dipandang sebagai bagian dari ibadah dan penyembahan kepada Allah.12 Itu adalah cara untuk "memuliakan TUHAN dengan hartamu" (Amsal 3:9).12

4.    Pembelajaran Takut akan Tuhan: Tujuan eksplisit dari perpuluhan yang dimakan di hadapan Tuhan adalah agar umat Israel belajar untuk takut (dalam arti hormat dan taat) kepada Tuhan seumur hidup mereka (Ulangan 14:23).14 Ini juga mengajarkan mereka untuk mengutamakan Allah dalam pengelolaan harta.16

5.    Keadilan Sosial dan Pemeliharaan Komunitas: Sistem perpuluhan berfungsi sebagai mekanisme teologis untuk memastikan kesejahteraan para pelayan Tuhan (Lewi dan imam) yang tidak memiliki sumber penghidupan lain, serta untuk merawat kelompok-kelompok rentan dalam masyarakat seperti orang asing, janda, dan anak yatim.1 Ini mencerminkan kepedulian Allah terhadap keadilan dan keutuhan komunitas umat-Nya.

III. Perpuluhan dalam Era Perjanjian Baru

Memasuki era Perjanjian Baru, pembahasan mengenai perpuluhan menjadi lebih jarang dan nuansanya pun berubah. Fokus bergeser dari hukum yang terperinci menuju prinsip-prinsip pemberian yang didasarkan pada anugerah dan karya Kristus.

A. Ajaran Yesus Mengenai Perpuluhan (Matius 23:23, Lukas 11:42)

Yesus Kristus, dalam pelayanan-Nya di bumi, beberapa kali menyinggung praktik perpuluhan yang lazim dilakukan oleh kaum Farisi dan ahli Taurat pada masa itu. Mereka dikenal sangat teliti dalam menjalankan hukum Taurat, termasuk memberikan perpuluhan bahkan dari hasil tanaman yang paling kecil seperti selasih, adas manis, jintan, dan inggu.1

Namun, Yesus tidak memuji ketelitian mereka. Sebaliknya, Ia menyampaikan kecaman keras: "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan." (Matius 23:23; lih. Lukas 11:42).1 Kritik utama Yesus terletak pada hipokrisi dan legalisme mereka. Mereka begitu fokus pada ritual lahiriah (memberi perpuluhan rempah-rempah) namun melalaikan esensi sejati dari kehendak Allah yang tertuang dalam Taurat: keadilan (krisis), belas kasihan (eleos), dan kesetiaan/iman (pistis).

Yesus kemudian menambahkan kalimat kunci yang menjadi pusat perdebatan interpretasi: "Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan" (Yunani: tauta [de] edei poiēsai kakeina mē aphienai).1 Bagaimana memahami kalimat ini?

     Pandangan Pro-Wajib: Kelompok ini menekankan frasa "Yang satu [perpuluhan] harus dilakukan" (edei poiēsai - sebuah keharusan/keniscayaan). Mereka berargumen bahwa Yesus dengan ini secara eksplisit meneguhkan dan memerintahkan kelanjutan praktik perpuluhan, bahkan ketika Ia mengkritik pengabaian aspek hukum yang lain.15 Bagi mereka, Yesus menetapkan bahwa perpuluhan dan keadilan/belas kasihan/kesetiaan sama-sama penting.

     Pandangan Kontra-Wajib: Kelompok ini menekankan konteks historis. Yesus sedang berbicara kepada orang-orang Yahudi yang masih hidup di bawah Hukum Taurat, sebelum kematian dan kebangkitan-Nya yang menggenapi hukum tersebut. Fokus utama Yesus adalah mengecam kemunafikan dan prioritas yang salah, bukan menetapkan hukum perpuluhan bagi gereja di masa depan. Kata "harus dilakukan" dipahami sebagai pengakuan atas kewajiban mereka saat itu di bawah Taurat yang memang belum dibatalkan. Namun, penekanan utama Yesus adalah pada hal-hal rohani (keadilan, belas kasihan, kesetiaan) yang jauh lebih fundamental dan sering mereka abaikan demi ritual eksternal.1

Terlepas dari interpretasi mana yang dianut, jelas bahwa fokus utama Yesus bukanlah pada angka 10% itu sendiri, melainkan pada sikap hati dan prioritas spiritual di baliknya. Yesus mengkritik keras disproporsi antara ketaatan ritual mekanis dan pengabaian esensi internal hukum. Ini menjadi peringatan bagi gereja di segala zaman agar tidak mengulangi kesalahan kaum Farisi: menekankan praktik pemberian secara lahiriah tanpa disertai transformasi hati yang menghasilkan buah keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. Yesus juga mengkritik sikap sombong rohani orang Farisi yang berdoa sambil membanggakan puasanya dan perpuluhannya, kontras dengan pemungut cukai yang rendah hati (Lukas 18:9-14).30

B. Perspektif Para Rasul: Prinsip Memberi dalam Jemaat Awal

Setelah kenaikan Kristus dan pencurahan Roh Kudus, fokus dalam tulisan-tulisan para rasul bergeser dari hukum perpuluhan spesifik ke prinsip-prinsip pemberian yang lebih luas, yang berakar pada Injil dan karya kasih karunia Allah. Ajaran Rasul Paulus, khususnya dalam surat 2 Korintus pasal 8 dan 9, memberikan panduan yang kaya mengenai hal ini.

Prinsip-prinsip utama pemberian menurut Paulus meliputi:

     Motivasi Kasih Karunia: Pemberian Kristen adalah respons terhadap kasih karunia (charis) Allah yang luar biasa yang telah diterima melalui Yesus Kristus.52 Teladan tertinggi adalah Kristus sendiri, yang "sekalipun Ia kaya, oleh karena kamu [Ia] menjadi miskin, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya" (2 Korintus 8:9).52 Pemberian adalah manifestasi dari anugerah Allah yang bekerja dalam diri orang percaya.

     Sukarela dan Sukacita: Paulus menekankan agar pemberian dilakukan "menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita" (2 Korintus 9:7).19 Motivasi internal (kerelaan, sukacita) lebih utama daripada tekanan eksternal.

     Proporsionalitas: Pemberian hendaknya dilakukan sesuai dengan kemampuan atau "apa yang kamu peroleh" (1 Korintus 16:2).30 Paulus memuji jemaat Makedonia yang memberi "menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka" (2 Korintus 8:3) 52, namun ia juga menegaskan bahwa kerelaan dihargai "kalau kerelaan itu ada, menurut apa yang ada padanya, bukan menurut apa yang tidak ada padanya" (2 Korintus 8:12).52

     Kemurahan Hati dan Penuaian: Paulus menggunakan analogi menabur: "Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga" (2 Korintus 9:6).30 Ini bukan jaminan kemakmuran materialistis, melainkan prinsip spiritual bahwa kemurahan hati akan menghasilkan berkat dari Allah, baik secara rohani maupun materi, sesuai dengan kehendak-Nya.

     Tujuan Pemberian: Dana yang dikumpulkan (dalam konteks 1 dan 2 Korintus) secara spesifik ditujukan untuk "pelayanan kepada orang-orang kudus" (2 Korintus 9:1), yaitu membantu jemaat miskin di Yerusalem.30 Pemberian ini bertujuan mencukupkan kekurangan sesama orang percaya, menghasilkan ucapan syukur kepada Allah, membuktikan ketaatan jemaat pada Injil Kristus, dan mempererat kasih persaudaraan (2 Korintus 9:11-14).52

Dalam konteks pengumpulan dana untuk Yerusalem ini, Paulus memberikan instruksi praktis dalam 1 Korintus 16:1-3 agar jemaat Korintus menyisihkan sesuatu "pada hari pertama dari tiap-tiap minggu" (hari Kebangkitan, hari ibadah utama jemaat awal), "sesuai dengan apa yang kamu peroleh," dan menyimpannya di rumah agar siap saat Paulus datang.30 Penting dicatat, konteks ayat ini adalah pengumpulan dana bantuan sosial untuk jemaat lain yang membutuhkan, bukan untuk membiayai operasional rutin gereja lokal pengirim.30

Pertanyaan krusialnya adalah: Apakah para rasul memerintahkan perpuluhan 10% secara eksplisit kepada jemaat non-Yahudi? Mayoritas sumber teologis menyimpulkan bahwa tidak ada perintah semacam itu dalam surat-surat para rasul atau Kisah Para Rasul.17 Fokusnya jelas bergeser pada prinsip-prinsip pemberian yang digerakkan oleh kasih karunia, sukacita, dan kemurahan hati. Beberapa bahkan berargumen bahwa standar Perjanjian Baru justru lebih tinggi dari sekadar 10%, menuntut penyerahan seluruh hidup sebagai persembahan yang hidup kepada Allah (Roma 12:1).17

Secara keseluruhan, ajaran para rasul menunjukkan pergeseran teologis yang signifikan. Penekanan beralih dari pemenuhan hukum eksternal berupa persentase tetap (10%) ke ekspresi iman internal yang dimotivasi oleh Injil. Kualitas internal (sukacita, kerelaan, kasih karunia, proporsionalitas) dan tujuan relasional (menolong sesama, syukur kepada Allah) menjadi pusat perhatian. Tidak adanya penekanan pada angka 10% yang spesifik, yang begitu sentral dalam Hukum Musa dan perdebatan Farisi, sangatlah berarti. Hal ini mengindikasikan bahwa memaksakan kembali hukum 10% secara kaku berisiko mengabaikan kekayaan dan kedalaman prinsip pemberian Perjanjian Baru yang berpusat pada anugerah.

C. Peran Melkisedek dan Implikasi Teologisnya (Ibrani 7)

Kitab Ibrani, khususnya pasal 7, menggunakan sosok Melkisedek secara unik dalam diskusi mengenai keimaman Kristus, yang juga memiliki implikasi terhadap isu perpuluhan. Penulis Ibrani merujuk kembali pada kisah Kejadian 14, di mana Abraham memberikan perpuluhan kepada Melkisedek.4

Tujuan utama penulis Ibrani adalah untuk menunjukkan superioritas keimaman Kristus (yang ditetapkan "menurut peraturan Melkisedek," Ibrani 6:20) dibandingkan dengan keimaman Lewi (keturunan Harun) yang berlaku di bawah Hukum Musa.68 Argumentasinya dibangun sebagai berikut:

1.    Melkisedek, yang bukan keturunan Lewi, menerima perpuluhan dari Abraham, bapa leluhur bangsa Israel dan suku Lewi sendiri (Ibrani 7:4-6, 9-10).4

2.    Melkisedek memberkati Abraham (Ibrani 7:1, 6).68 Penulis Ibrani menegaskan, "Memang tidak dapat disangkal, bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi" (Ibrani 7:7).68

3.    Keimaman Melkisedek digambarkan sebagai abadi ("tetap menjadi imam sampai selama-lamanya," Ibrani 7:3), kontras dengan imam-imam Lewi yang fana ("manusia-manusia fana menerima persepuluhan," Ibrani 7:8).69

Berdasarkan superioritas Melkisedek (dan Kristus sebagai Imam menurut peraturannya) ini, penulis Ibrani menarik kesimpulan teologis yang krusial: Keimaman Lewi, yang terikat erat dengan Hukum Taurat, bersifat tidak sempurna dan tidak memadai untuk membawa manusia kepada kesempurnaan (Ibrani 7:11, 18-19).70 Oleh karena itu, diperlukan Imam yang baru dan peraturan yang baru.

Implikasi pentingnya adalah: "Sebab, jikalau imamat berubah, dengan sendirinya akan berubah pula hukum Taurat itu" (Ibrani 7:12).1 Dan hukum yang terkait dengan keimaman Lewi termasuk "perintah untuk mengumpulkan perpuluhan dari kaum umat Israel" (Ibrani 7:5).1 Dengan demikian, argumen dalam Ibrani 7 justru mengarah pada kesimpulan bahwa dasar hukum Taurat untuk perpuluhan, yang terikat pada sistem keimamatan Lewi, telah digantikan atau disupervisi oleh keimaman Kristus yang superior di bawah Kovenan Baru. Menggunakan pasal ini untuk mempertahankan kewajiban perpuluhan Taurat bagi orang Kristen tampaknya bertentangan dengan alur argumentasi utama penulis Ibrani, yang justru menekankan diskontinuitas dan pemenuhan hukum lama dalam Kristus. Logika Ibrani 7 lebih mendukung pandangan bahwa kewajiban legal perpuluhan ala Perjanjian Lama tidak lagi berlaku.

D. Apakah Hukum Taurat (Termasuk Perpuluhan) Dibatalkan oleh Kristus?

Pertanyaan mengenai status Hukum Taurat bagi orang Kristen adalah kunci dalam perdebatan perpuluhan. Banyak bagian dalam Perjanjian Baru mengindikasikan bahwa kematian dan kebangkitan Kristus membawa perubahan fundamental dalam hubungan manusia dengan hukum. Paulus menyatakan bahwa Kristus adalah "kegenapan hukum Taurat" (Roma 10:4) dan bahwa melalui kematian-Nya, Ia telah "membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya" untuk mendamaikan Yahudi dan non-Yahudi dalam satu tubuh (Efesus 2:13-15).1 Surat Kolose berbicara tentang "surat hutang" (yang berisi tuntutan hukum) yang telah "dihapuskan-Nya" dan "ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib" (Kolose 2:13-14).1 Kitab Ibrani, seperti dibahas sebelumnya, berbicara tentang pembatalan peraturan yang lama karena kelemahannya dan ketidakbergunaannya (Ibrani 7:18-19).1

Jika perpuluhan dipandang sebagai bagian integral dari sistem Hukum Musa—salah satu dari 613 mitzvot (perintah) 30—maka argumen bahwa hukum tersebut telah digenapi atau dibatalkan dalam Kristus secara logis akan mencakup pembatalan kewajiban perpuluhan itu sendiri.1 Mereka yang menentang kewajiban perpuluhan seringkali mendasarkan argumennya pada prinsip ini: orang Kristen hidup di bawah anugerah, bukan di bawah kuk hukum Taurat.24

Namun, argumen ini tidak diterima secara universal tanpa kualifikasi. Teologi Kristen secara tradisional membedakan antara berbagai aspek Hukum Taurat:

1.    Hukum Moral: Prinsip-prinsip kebenaran universal yang mencerminkan karakter Allah (misalnya, Sepuluh Perintah Allah), yang dianggap tetap berlaku dan diteguhkan dalam Perjanjian Baru (meskipun penerapannya dilihat melalui lensa Kristus).

2.    Hukum Seremonial: Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan ibadah di Kemah Suci/Bait Allah, sistem korban, hari-hari raya, dan keimaman Lewi. Ini umumnya dianggap telah digenapi secara sempurna dalam pribadi dan karya Kristus (misalnya, Kristus sebagai Imam Besar dan Korban yang sempurna) dan tidak lagi mengikat secara harfiah.

3.    Hukum Sipil/Yudisial: Peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan sosial, politik, dan hukum bangsa Israel sebagai teokrasi kuno. Ini dianggap spesifik untuk konteks Israel kuno dan tidak secara langsung berlaku bagi gereja atau negara lain.

Perdebatan muncul mengenai ke dalam kategori mana hukum perpuluhan termasuk. Jika ia dipandang sebagai bagian dari hukum seremonial (terkait erat dengan Bait Suci dan keimaman Lewi) atau hukum sipil (sebagai sistem pendanaan teokrasi Israel), maka argumen untuk pembatalannya menjadi lebih kuat.25 Namun, jika ia dipandang sebagai ekspresi dari prinsip moral abadi mengenai penatalayanan (stewardship), pengakuan kedaulatan Allah, atau ungkapan syukur, maka argumen untuk kelanjutan prinsip di baliknya (meskipun mungkin tidak dalam bentuk 10% wajib) menjadi lebih mungkin dipertahankan.

Argumen tandingan lainnya adalah bahwa perpuluhan sudah ada sebelum Hukum Musa, melalui teladan Abraham.16 Ini digunakan untuk menyatakan bahwa perpuluhan memiliki dasar yang lebih universal dan tidak sepenuhnya bergantung pada Taurat. Namun, argumen balasannya adalah bahwa praktik Abraham bersifat sukarela, situasional, dan berbeda secara signifikan dari sistem perpuluhan yang diwajibkan dan terstruktur dalam Hukum Musa.16

Ketidakjelasan dalam pengkategorian hukum perpuluhan inilah yang turut menyuburkan perdebatan teologis yang terus berlangsung mengenai statusnya bagi orang Kristen saat ini.

IV. Perdebatan Teologis Kontemporer Mengenai Kewajiban Perpuluhan

Perbedaan interpretasi terhadap data biblika dan kerangka teologis menghasilkan perdebatan kontemporer yang signifikan mengenai apakah perpuluhan wajib atau tidak bagi umat Kristen.

A. Argumen Teologis yang Mendukung Kewajiban Perpuluhan bagi Umat Kristen

Kelompok yang meyakini bahwa perpuluhan tetap merupakan kewajiban bagi orang Kristen modern seringkali mengajukan argumen-argumen berikut:

1.    Perpuluhan adalah Milik Tuhan: Berdasarkan Imamat 27:30 ("segala persembahan persepuluhan... adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN") dan Maleakhi 3:8 ("Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku... Mengenai persembahan persepuluhan..."), perpuluhan dianggap sebagai bagian yang secara inheren adalah milik Allah. Tidak memberikannya berarti menahan apa yang menjadi hak Tuhan, atau "merampok" Dia.1 Argumen ini sering diterapkan secara langsung dari konteks Israel kuno ke gereja masa kini.

2.    Peneguhan oleh Yesus: Pernyataan Yesus dalam Matius 23:23 ("Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan") ditafsirkan sebagai perintah eksplisit dari Yesus sendiri untuk melanjutkan praktik perpuluhan, meskipun Ia mengkritik motivasi Farisi.15

3.    Teladan Abraham: Abraham, sebagai "bapa orang beriman" (Roma 4), memberikan perpuluhan kepada Melkisedek. Orang Kristen, sebagai anak-anak rohani Abraham melalui iman dalam Kristus (Galatia 3:7), didorong untuk mengikuti teladan imannya, termasuk dalam hal memberi perpuluhan.15

4.    Prinsip Abadi Pra-Taurat: Karena praktik perpuluhan oleh Abraham mendahului Hukum Musa, argumennya adalah bahwa perpuluhan bukanlah sekadar bagian dari Taurat yang bisa dibatalkan, melainkan sebuah prinsip ilahi yang abadi.16

5.    Sarana Berkat Finansial: Janji dalam Maleakhi 3:10 ("Ujilah Aku... apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan") seringkali dipahami sebagai janji yang berlaku universal bagi siapa saja yang taat memberikan perpuluhan, termasuk orang Kristen saat ini.1 Ketaatan dalam perpuluhan diyakini akan mendatangkan berkat finansial dari Tuhan.

6.    Kebutuhan Praktis Gereja: Secara analogis, sama seperti perpuluhan PL mendukung suku Lewi dan Bait Allah, perpuluhan di era modern dipandang perlu untuk mendukung operasional gereja, membiayai pelayanan para pendeta/hamba Tuhan, dan mendanai misi serta pekerjaan Tuhan lainnya.8

7.    Dasar Minimal Pemberian: Beberapa melihat 10% bukan sebagai batas akhir, melainkan sebagai titik awal atau standar minimal yang Alkitabiah untuk pemberian Kristen. Orang percaya didorong untuk memberi lebih jika mampu, tetapi 10% dianggap sebagai dasar yang baik.30

B. Argumen Teologis yang Menentang Kewajiban Perpuluhan bagi Umat Kristen

Sebaliknya, kelompok yang berpandangan bahwa perpuluhan 10% tidak lagi menjadi kewajiban hukum bagi orang Kristen mengajukan argumen-argumen berikut:

1.    Penggenapan Hukum Taurat: Argumen sentral adalah bahwa Hukum Musa, termasuk di dalamnya perintah perpuluhan, telah digenapi atau dibatalkan oleh karya Kristus di kayu salib. Orang Kristen kini hidup di bawah perjanjian anugerah, bukan di bawah sistem hukum Taurat.1 Hidup oleh hukum Taurat justru menempatkan diri di bawah kutuk (Galatia 3:10).31

2.    Ketiadaan Perintah PB Eksplisit: Tidak ditemukan satu pun perintah eksplisit dalam surat-surat para rasul atau Kisah Para Rasul yang menginstruksikan jemaat non-Yahudi (Gentiles) untuk memberikan perpuluhan sebesar 10% dari penghasilan mereka.17 Jika ini adalah kewajiban sepenting yang diklaim sebagian orang, ketiadaan perintah langsung ini dianggap signifikan.

3.    Konteks Ajaran Yesus: Kritik Yesus dalam Matius 23:23 dan Lukas 11:42 dipahami dalam konteks Ia berbicara kepada orang Yahudi di bawah Taurat, dengan fokus utama mengecam legalisme dan hipokrisi, bukan menetapkan hukum perpuluhan bagi gereja masa depan.1

4.    Penekanan pada Prinsip Anugerah: Ajaran Perjanjian Baru, khususnya Paulus, secara konsisten menekankan prinsip-prinsip pemberian yang berbeda: didorong oleh kasih karunia, dilakukan dengan sukarela, sukacita, kemurahan hati, dan proporsional sesuai kemampuan, bukan berdasarkan persentase wajib.25

5.    Perubahan Konteks Struktural: Tujuan utama perpuluhan dalam PL (mendukung suku Lewi yang tidak punya tanah, sistem Bait Suci) tidak lagi relevan secara langsung dalam Kovenan Baru. Keimaman Lewi telah digantikan oleh keimaman Kristus dan keimaman am orang percaya; Bait Suci fisik telah digantikan oleh Kristus dan gereja sebagai bait Roh Kudus.25

6.    Bahaya Legalisme dan Motivasi Salah: Menekankan perpuluhan sebagai kewajiban hukum berisiko menjerumuskan orang percaya ke dalam legalisme (berusaha mendapat perkenanan Tuhan melalui perbuatan), mendorong motivasi yang salah (memberi agar diberkati secara materiil, seperti "transaksi" dengan Tuhan), atau menjadi beban yang tidak semestinya bagi orang miskin yang kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.17

7.    Kepemilikan Tuhan atas 100%: Perjanjian Baru mengajarkan bahwa bukan hanya 10%, melainkan seluruh hidup orang Kristen—termasuk waktu, talenta, dan harta (100%)—adalah milik Tuhan dan harus dipersembahkan kepada-Nya sebagai ibadah yang sejati (Roma 12:1).17 Fokus pada 10% bisa jadi justru membatasi pemahaman tentang penatalayanan total.

C. Perpuluhan sebagai Prinsip vs. Hukum

Di tengah perdebatan antara "wajib" dan "tidak wajib," muncul pandangan ketiga yang mencoba menjembatani kedua kutub tersebut. Pandangan ini membedakan antara hukum perpuluhan (aturan spesifik 10% dalam konteks Taurat) dan prinsip di balik perpuluhan.18

Menurut pandangan ini:

     Hukum 10% Spesifik: Dianggap sebagai bagian dari Hukum Musa yang tidak lagi mengikat secara legal bagi orang Kristen di bawah Kovenan Baru.

     Prinsip-prinsip Abadi: Namun, prinsip-prinsip teologis yang mendasari perpuluhan PL tetap relevan dan berlaku, seperti:

     Pengakuan kedaulatan Allah atas segala kepemilikan.

     Pentingnya mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan melalui pemberian materi.

     Kebutuhan untuk mendukung pelayanan Injil dan para pelayan Tuhan.

     Tanggung jawab untuk menolong sesama yang membutuhkan.

   Pentingnya disiplin rohani dalam mengelola keuangan secara terencana dan memprioritaskan Tuhan.

Dalam kerangka ini, angka 10% dapat dilihat sebagai pedoman, target, atau titik awal yang baik dan Alkitabiah untuk pemberian yang teratur dan proporsional, tetapi bukan sebagai hukum besi yang mutlak.18 Pemberian Kristen sejati didorong oleh Roh Kudus dan kasih karunia, sehingga bisa jadi kurang dari 10% (bagi mereka yang sangat miskin) atau justru jauh lebih dari 10% (bagi mereka yang diberkati lebih dan memiliki kemurahan hati), tergantung pada pimpinan Tuhan, kemampuan finansial, dan respons iman masing-masing individu.18 Fokusnya adalah pada hati yang memberi dengan tulus dan kerelaan, bukan pada pemenuhan angka secara legalistik.

Penting untuk menghindari reduksionisme dalam perdebatan ini. Terjebak dalam biner "wajib" versus "tidak wajib" dapat mengaburkan nuansa teologis yang lebih kaya. Menyatakan perpuluhan "tidak wajib" secara hukum tidak sama dengan menganjurkan kekikiran atau mengabaikan tanggung jawab memberi. Sebaliknya, prinsip kasih karunia dan penatalayanan total dalam Perjanjian Baru mungkin justru memanggil orang Kristen pada tingkat kemurahan hati dan pengorbanan yang melebihi standar minimal 10%.26 Fokus yang berlebihan pada apakah angka 10% itu hukum dapat mengalihkan perhatian dari panggilan radikal Perjanjian Baru untuk menjadi penatalayan yang setia atas semua (100%) yang Tuhan percayakan, didorong oleh kasih, syukur, dan anugerah.

D. Perspektif dari Berbagai Denominasi Kristen

Perdebatan teologis mengenai perpuluhan tercermin dalam keragaman pandangan dan praktik di antara berbagai denominasi Kristen. Tabel berikut merangkum pandangan beberapa denominasi utama berdasarkan data yang tersedia:

 

Denominasi

Pandangan Umum Kewajiban Perpuluhan

Dasar Teologis Utama / Ayat Kunci

Praktik Umum / Penekanan

Sumber Pendukung

Katolik Roma

Tidak Wajib (secara hukum 10%). Wajib menyumbang sesuai kemampuan (Kanon 222).

2 Kor 9:7 (sukarela, sukacita), Mat 23:23 (keadilan, belas kasihan, kesetiaan), Ajaran Gereja (KHK Kan. 222).

Pemberian sukarela, didorong oleh kasih, sesuai kemampuan. Perpuluhan dianggap praktik baik jika dilakukan sukarela.

23

Pentakosta / Kharismatik

Umumnya Wajib.

Mal 3:8-10 (merampok Allah, janji berkat), Mat 23:23 (harus dilakukan), Im 27:30 (milik Tuhan).

Ditekankan kuat sebagai kewajiban dan ekspresi iman; sering dikaitkan dengan janji berkat finansial. GBI: bagian ketaatan, menolak sumber ilegal.

15

Baptis

Bervariasi. Ada yang tidak wajib (hukum Taurat berakhir), ada yang melihatnya sebagai prinsip/pedoman (ancar-ancar), ada (seperti GBII) yang menekankan sukarela, ada (seperti GBI) yang mewajibkan.

Mal 3:8-10, Mat 23:23, 2 Kor 8-9, Ef 2:15, Luk 16:16.

Praktik beragam tergantung gereja/konvensi. Ada penekanan pada kerelaan, ada yang lebih ketat.

13

Advent Hari Ketujuh (GMAHK)

Wajib.

Mal 3:10, Im 27:30 (milik Tuhan), Bil 18, Ul 14. Ajaran Ellen G. White.

Dianggap milik Tuhan yang harus dikembalikan ke 'rumah perbendaharaan' (konferens/daerah) melalui gereja lokal sebagai tindakan ibadah dan pengakuan kepemilikan Tuhan.

19

Metodis

Cenderung Mendukung/Wajib (berdasarkan sumber terbatas).

Mal 3:6-12, Kej 14 (Abraham), Yak 2:17 (iman & perbuatan), Luk 16:16.

Dilihat sebagai perbuatan iman, ekspresi iman, sarana pendidikan rohani, dibawa ke gereja lokal.

28

Ortodoks

Kurang Jelas / Mungkin Tidak Wajib (berdasarkan sumber terbatas).

Sumber spesifik tentang pandangan resmi Ortodoks mengenai kewajiban 10% kurang. Ada suara (kontroversial) yang menolak.79 Fokus pada sumbangan keagamaan secara umum.78

Perlu data lebih lanjut mengenai praktik spesifik terkait persentase 10%.

78

Presbyterian / Reformed

Bervariasi / Cenderung Tidak Wajib sebagai Hukum. GKI: tidak mutlak, tapi disiplin baik.18 GKPS: aturan lama tidak berlaku.84 Ada suara yang mendukung kewajiban.76

Mal 3:8-10, Mat 23:23, 2 Kor 8-9, Prinsip penatalayanan.

Penekanan pada pemberian sukarela, terencana, sebagai bagian dari ibadah dan penatalayanan.

18

Lutheran

Kurang Jelas / Mungkin Bervariasi (berdasarkan sumber terbatas).

GKPS (berakar Lutheran) tidak lagi memakai aturan lama.84

Perlu data lebih lanjut mengenai pandangan Lutheran secara umum.

84

Church of Jesus Christ of Latter-day Saints (Mormon)

Wajib sebagai hukum iman.

Ajaran & Perjanjian, Maleakhi 3:10, Ajaran Presiden Gereja.

Dianggap hukum tetap, dibayar sukarela tapi penting untuk menerima berkat penuh.

88

Saksi Yehuwa

Tidak Wajib.

Menekankan sumbangan sukarela, bukan persentase tetap. Menolak perpuluhan sebagai kewajiban.

Pendanaan kegiatan sepenuhnya dari sumbangan sukarela tanpa paksaan.

1

Catatan: Tabel ini merupakan ringkasan berdasarkan data terbatas dari sumber yang tersedia dan mungkin tidak sepenuhnya mewakili nuansa atau keragaman pandangan di dalam setiap denominasi.

V. Kesimpulan: Menuju Pemahaman Kristen tentang Memberi

A. Sintesis Temuan: Apakah Perpuluhan Wajib bagi Orang Kristen?

Berdasarkan analisis mendalam terhadap data Alkitabiah dan perdebatan teologis yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa hukum perpuluhan sebagaimana diformulasikan dan diwajibkan dalam Perjanjian Lama, yang terikat erat dengan sistem kovenan Israel kuno, keimaman Lewi, dan ibadah Bait Suci, tidak lagi mengikat secara legal atau wajib bagi orang Kristen yang hidup di bawah Kovenan Baru dalam Yesus Kristus.

Beberapa alasan utama mendukung kesimpulan ini:

1. Penggenapan Hukum Taurat: Karya penebusan Kristus telah menggenapi Hukum Musa, termasuk aspek-aspek seremonial dan sipilnya. Perjanjian Baru secara konsisten berbicara tentang pembebasan dari kuk hukum Taurat (Efesus 2:15, Kolose 2:14, Roma 10:4).

2.    Perubahan Keimaman dan Hukum: Kitab Ibrani pasal 7 secara eksplisit menyatakan bahwa perubahan dari keimaman Lewi ke keimaman Kristus menurut peraturan Melkisedek membawa serta perubahan hukum (Ibrani 7:12, 18), termasuk dasar hukum bagi perpuluhan Levitikal (Ibrani 7:5).

3.    Ketiadaan Perintah PB: Tidak ada perintah eksplisit dalam ajaran Yesus pasca-kebangkitan atau dalam surat-surat para rasul yang mewajibkan perpuluhan 10% bagi jemaat Kristen, khususnya yang berasal dari latar belakang non-Yahudi.

4. Fokus Ajaran PB: Penekanan ajaran Perjanjian Baru mengenai pemberian bergeser dari persentase wajib ke prinsip-prinsip yang didorong oleh kasih karunia, sukacita, kerelaan, kemurahan hati, dan proporsionalitas.

Meskipun demikian, penting untuk mengakui adanya interpretasi berbeda, terutama yang menekankan Maleakhi 3:8-10 dan Matius 23:23. Namun, ketika ditempatkan dalam konteks keseluruhan narasi penebusan dan teologi Kovenan Baru, argumen-argumen ini tampaknya kurang kuat untuk menetapkan perpuluhan 10% sebagai kewajiban hukum universal bagi gereja.

Penting untuk ditegaskan kembali: Menyimpulkan bahwa perpuluhan 10% tidak lagi wajib secara hukum sama sekali tidak berarti bahwa orang Kristen dibebaskan dari tanggung jawab memberi atau diizinkan untuk menjadi kikir. Justru sebaliknya, standar Perjanjian Baru memanggil pada tingkat komitmen dan kemurahan hati yang lebih tinggi.

B. Prinsip-prinsip Pemberian Kristen dalam Terang Perjanjian Baru

Alih-alih hukum persentase yang kaku, Perjanjian Baru meletakkan dasar pemberian Kristen pada prinsip-prinsip berikut, yang seharusnya menuntun sikap dan praktik orang percaya:

1.    Motivasi Kasih dan Syukur: Pemberian adalah respons yang wajar dari hati yang telah disentuh oleh kasih karunia Allah yang tak terhingga dalam Kristus. Ini adalah ungkapan syukur atas keselamatan, pemeliharaan, dan segala berkat rohani maupun materi yang diterima.17

2.    Sukarela dan Sukacita: Pemberian harus mengalir dari kerelaan hati, tanpa paksaan atau kesedihan. Allah mengasihi pemberi yang bersukacita (2 Korintus 9:7).19

3.    Kemurahan Hati dan Pengorbanan: Orang Kristen dipanggil untuk memberi dengan murah hati, meneladani Kristus yang memberi diri-Nya. Ini mungkin melibatkan pengorbanan, memberi melampaui kenyamanan pribadi.17

4.    Proporsionalitas dan Kemampuan: Pemberian hendaknya sepadan dengan berkat atau penghasilan yang Tuhan percayakan (1 Korintus 16:2). Ini berarti memberi sesuai kemampuan, tidak melampaui batas bagi yang kekurangan, namun juga tidak menahan diri bagi yang berkelimpahan.30

5.    Terencana dan Bijaksana: Pemberian sebaiknya dilakukan secara teratur dan terencana (1 Korintus 16:2), sebagai bagian dari pengelolaan keuangan yang bertanggung jawab di hadapan Tuhan.30

6.    Tujuan yang Mulia: Pemberian Kristen diarahkan untuk mendukung penyebaran Injil, membiayai pelayanan gereja dan para pelayan Tuhan, menolong mereka yang berkekurangan (khususnya saudara seiman), dan pada akhirnya mendatangkan kemuliaan bagi Allah melalui ucapan syukur dan kesaksian.16

C. Refleksi Akhir tentang Spiritualitas Pemberian

Pada akhirnya, diskusi mengenai perpuluhan harus membawa kita pada refleksi yang lebih dalam tentang spiritualitas pemberian dalam kehidupan Kristen. Memberi bukanlah sekadar transaksi finansial atau pemenuhan aturan, melainkan sebuah tindakan ibadah yang mendalam dan ekspresi iman yang nyata.15

Sikap hati di balik pemberian jauh lebih penting di mata Tuhan daripada jumlah nominalnya.19 Tuhan melihat ketulusan, kasih, dan kerelaan hati. Panggilan Perjanjian Baru bukanlah sekadar mengembalikan sepersepuluh, melainkan menjadi penatalayan (steward) yang setia dan bijaksana atas seluruh sumber daya yang Tuhan percayakan—waktu, talenta, energi, dan harta (100%).7

Dalam kerangka anugerah ini, memberi menjadi sebuah kesempatan istimewa, bukan beban. Ini adalah kesempatan untuk berpartisipasi dalam pekerjaan Tuhan di dunia, mengekspresikan kasih kepada Allah dan sesama, serta bertumbuh dalam iman, kemurahan hati, dan ketergantungan penuh kepada Allah yang adalah Sumber segala sesuatu.17 Apakah seseorang memilih untuk menggunakan 10% sebagai pedoman disiplin pribadi atau memberi dengan cara lain, yang terpenting adalah melakukannya sebagai respons syukur atas anugerah Kristus, dengan hati yang tulus, sukacita, dan demi kemuliaan nama-Nya.

Karya yang dikutip

1.    Apa Kata Alkitab tentang Perpuluhan? Penjelasan Ayat - JW.ORG, diakses April 24, 2025, https://www.jw.org/id/ajaran-alkitab/pertanyaan/perpuluhan-di-alkitab/

2.    BAB II AJARAN PERSEPULUHAN - Digilib UIN Sunan Ampel Surabaya, diakses April 24, 2025, http://digilib.uinsa.ac.id/20178/49/Bab%202.pdf

3.    Penjelasan Ayat Bible tentang Persepuluhan - JW.ORG, diakses April 24, 2025, https://www.jw.org/ms/ajaran-bible/soalan/persepuluhan-dalam-bible/

4.    #FaktaAlkitab: Perpuluhan yang Dilakukan oleh Nenek Moyang Orang Kristen, diakses April 24, 2025, https://www.jawaban.com/read/article/id/2021/08/23%2012:30:00/518/210823151027/_faktaalkitabperpuluhan_yang_dilakukan_oleh_nenek_moyang_orang_kristen//all

5.    APA KATA ALKITAB TENTANG PERPULUHAN ? APA PERBEDAANNYA DENGAN PERSEMBAHAN ? | #SeminarAlkitab - YouTube, diakses April 24, 2025, https://m.youtube.com/watch?v=IYeGKQDfo7o

6.    Makna Teologis Memberi Persembahan Perpuluhan Dalam Perjanjian Lama | MODERATE: Journal of Religious, Education, and Social, diakses April 24, 2025, https://ptaki.or.id/journal/index.php/moderate/article/view/5

7.    #FaktaAlkitab: Perpuluhan yang Dilakukan oleh Nenek Moyang Orang Kristen, diakses April 24, 2025, https://www.jawaban.com/read/article/id/2021/08/23/518/210823151027/_faktaalkitabperpuluhan_yang_dilakukan_oleh_nenek_moyang_orang_kristen/3

8.    Im 27:30-33; Bil 18:21... (TB) - Tampilan Daftar Ayat - Alkitab SABDA, diakses April 24, 2025, https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Le%2027:30-33,Nu%2018:21,24-32,2Ch%2031:6,Mal%203:8,10

9.    Luk 11:42; Im 27:30-33... (TB) - Tampilan Daftar Ayat - Alkitab SABDA, diakses April 24, 2025, https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Luk%2011:42,Le%2027:30-33,Nu%2018:24,Mal%203:8,Mt%2023:23,24

10.  #FaktaAlkitab: Perpuluhan yang Dilakukan oleh Nenek Moyang Orang Kristen, diakses April 24, 2025, https://www.jawaban.com/read/article/id/2021/08/23/518/210823151027/_faktaalkitabperpuluhan_yang_dilakukan_oleh_nenek_moyang_orang_kristen/all

11.  Persepuluhan Menurut Maleakhi 3:7-12 - Neliti, diakses April 24, 2025, https://www.neliti.com/publications/349833/persepuluhan-menurut-maleakhi-37-12

12.  implementasi pengajaran persepuluhan berdasarkan maleakhi 3:6-18 di gereja sungai yordan jemaat - Jurnal Excelsior Pendidikan, diakses April 24, 2025, https://excelsiorpendidikan.sttexcelsius.ac.id/index.php/JEP/article/view/15/pdf_1

13.  Jurnal Teologi & Pelayanan Kerusso Persembahan Persepuluhan Menurut Maleakhi 3:6-12 - CORE, diakses April 24, 2025, https://core.ac.uk/download/616988748.pdf

14.  repository.uksw.edu, diakses April 24, 2025, https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/24266/7/T1_712017084_Isi.pdf

15.  Perspektif Pentakosta Tentang Persembahan Persepuluhan dalam Konsep Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, diakses April 24, 2025, https://sttberea.ac.id/e-journal/index.php/logia/article/download/145/pdf

16.  Teologi Biblika mengenai Perpuluhan - ResearchGate, diakses April 24, 2025, https://www.researchgate.net/publication/335894283_Teologi_Biblika_mengenai_Perpuluhan/fulltext/63e67d0b6425237563a27821/Teologi-Biblika-mengenai-Perpuluhan.pdf

17.  Persepuluhan: Wajib atau Tidak?, diakses April 24, 2025, https://repository.seabs.ac.id/bitstream/handle/123456789/549/10.%20NASKAH%20KHOTBAH_%20PERSEPULUHAN_%20WAJIB%20ATAU%20TIDAK%20-%20Hendra%20Awenk.pdf?sequence=1&isAllowed=y

18.  Persembahan Persepuluhan - GKI Pondok Indah, diakses April 24, 2025, https://gkipi.org/persembahan-persepuluhan/

19.  4 Sikap Hati dalam Memberi Perpuluhan - Gereja GKDI, diakses April 24, 2025, https://gkdi.org/blog/perpuluhan/

20.  Apa kata Alkitab mengenai persepuluhan? - Got Questions, diakses April 24, 2025, https://www.gotquestions.org/Indonesia/Kristen-perpuluhan.html

21.  Perspektif Pentakosta Tentang Persembahan Persepuluhan dalam Konsep Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru | Harianto | LOGIA, diakses April 24, 2025, https://sttberea.ac.id/e-journal/index.php/logia/article/view/145

22.  hubungan persembahan persepuluhan berdasarkan maleakhi 3:10 dengan berkat yang diterima - The Way, diakses April 24, 2025, https://journal.sttbetheltheway.ac.id/index.php/teologi-dan-kependidikan/article/download/143/68/

23.  Persepuluhan - Iman Katolik .....Media Informasi dan SaranaKatekese, diakses April 24, 2025, http://www.imankatolik.or.id/persepuluhan.html

24.  PERPULUHAN DAN PERZINAHAN - ROCK Ministry, diakses April 24, 2025, https://rockministry.org/perpuluhan-dan-perzinahan/

25.  Persembahan Perpuluhan - Katolisitas, diakses April 24, 2025, https://katolisitas.org/persembahan-perpuluhan/

26.  Persepuluhan (Sikap Teologis GBI), diakses April 24, 2025, https://dbr.gbi-bogor.org/wiki/Persepuluhan_(Teologia_GBI)

27.  MAKALAH PERSEPULUHAN Oleh: Kelompok4 *HenriSirangki2020185995 *IyenMaurethaSassan 2020186197 *MewaArtikaSura'2020186035 *Altre - OSF, diakses April 24, 2025, https://osf.io/ezk43/download

28.  PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN | Gereja Methodist Wesley - WordPress.com, diakses April 24, 2025, https://wesleymethodistindonesiapengajaran.wordpress.com/2012/07/05/persembahan-persepuluhan/

29.  Views of the Seventh-day Adventist Church on Offerings and Tithing - Formosa Publisher, diakses April 24, 2025, https://journal.formosapublisher.org/index.php/marcopolo/article/download/3654/3307/11956

30.  persembahan persepuluhan (3) - Pemahaman Alkitab, diakses April 24, 2025, https://www.golgothaministry.org/perpuluhan/perpuluhan_03.htm

31.  PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN • 19 • Forum - Jodoh Kristen, diakses April 24, 2025, https://www.jodohkristen.com/topic/95/19/

32.  Persepuluhan Yang Alkitabiah | PDF - Scribd, diakses April 24, 2025, https://id.scribd.com/document/682128543/persepuluhan-yang-Alkitabiah

33.  Persepuluhan: Kewajiban atau Disiplin Rohani? - GKI Pondok Indah, diakses April 24, 2025, https://gkipi.org/persepuluhan-kewajiban-atau-disiplin-rohani/

34.  Kajian Teologis tentang Persepuluhan - JURNAL LUXNOS, diakses April 24, 2025, https://luxnos.sttpd.ac.id/index.php/20_luxnos_20/article/download/33/18

35.  (PDF) Teologi Biblika mengenai Perpuluhan - ResearchGate, diakses April 24, 2025, https://www.researchgate.net/publication/335894283_Teologi_Biblika_mengenai_Perpuluhan

36.  Adakah persembahan persepuluhan wajib dalam perjanjian baru { Is tithing required in the new covenant } | bahasaplaintruth, diakses April 24, 2025, https://bahasaplaintruth.wordpress.com/2014/02/21/adakah-persembahan-persepuluhan-wajib-dalam-perjanjian-yang-baru-oleh-michael-morrison-apr-jun-2008-is-tithing-required-in-the-new-covenant/

37.  Makna Teologis Memberi Persembahan Perpuluhan Dalam Perjanjian Lama, diakses April 24, 2025, https://ifrelresearch.org/index.php/jpat-widyakarya/article/download/231/241

38.  Persepuluhan: Apa itu? - Philippines, diakses April 24, 2025, http://philippines.cogwa.org/articles/entry/persepuluhan-apa-itu

39.  Interpretasi Seruan Memberi Persepuluhan dalam Maleakhi 3:6-12 - JURNAL LUXNOS, diakses April 24, 2025, https://luxnos.sttpd.ac.id/index.php/20_luxnos_20/article/download/narsing_juni23/narsing_juni23/1813

40.  persembahan persepuluhan (2) - Pemahaman Alkitab, diakses April 24, 2025, https://www.golgothaministry.org/perpuluhan/perpuluhan_02.htm

41.  Apakah Pendeta Harus Membayar Perpuluhan? (Bilangan 18) - Petrus Kwik - YouTube, diakses April 24, 2025, https://www.youtube.com/watch?v=jc24T0qTOpA

42.  SSLQ1-03id - Komentar Lanjutan - Kontrak Memberi Persepuluhan, diakses April 24, 2025, https://advancedsabbathschool.org/2023q1-03/index_id

43.  Relevansi Ajaran Kitab Maleakhi tentang Persembahan Persepuluhan Bagi Kehidupan Umat Kristen Masa Kini - Veritas Lux Mea, diakses April 24, 2025, https://jurnal.sttkn.ac.id/index.php/Veritas/article/download/90/31

44.  PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN • 15 • Forum - Jodoh Kristen, diakses April 24, 2025, https://www.jodohkristen.com/topic/95/15/

45.  Memahami Jenis-jenis Persembahan di Gereja dan Hukumnya | kumparan.com, diakses April 24, 2025, https://kumparan.com/berita-hari-ini/memahami-jenis-jenis-persembahan-di-gereja-dan-hukumnya-1wMuYNxGgOb

46.  Matius 23:13-29 - Alkitab SABDA, diakses April 24, 2025, https://alkitab.sabda.org/passage.php?passage=Mat%2018:7%2023:13-29%2026:24,Jer%2013:27,Lu%2011:42-52,Jude%201:11

47.  Yesus mengecam orang Farisi - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses April 24, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Yesus_mengecam_orang_Farisi

48.  Mengenal Persembahan Persepuluhan (5) - Gereja Kristen Jawa Joglo, diakses April 24, 2025, https://www.gkjjoglo.com/single-post/2019/06/09/mengenal-persembahan-persepuluhan-5

49.  Perpuluhan dan Membaca Alkitab Setiap Hari | graphe-ministry.org, diakses April 24, 2025, http://graphe-ministry.org/articles/2022/09/perpuluhan-dan-membaca-alkitab-setiap-hari/

50.  PERSEPULUHAN - GPIB Sejahtera Jakarta, diakses April 24, 2025, https://gpibsejahterajkt.org/file/ebuletin/1623511981_Ruang%20Pembinaan%20Persepuluhan%204.pdf

51.  discipleship-evangelism-indonesian.pdf - Andrew Wommack Ministries, diakses April 24, 2025, https://cdn.awmi.net/documents/demo/discipleship-evangelism-indonesian.pdf

52.  2 Korintus 8:9 - Alkitab SABDA, diakses April 24, 2025, https://alkitab.sabda.org/passage.php?version=tb&passage=2+korintus+8%3A2%2C+9%3A6-13

53.  2 Korintus 8:9 - Tafsiran/Catatan - Alkitab SABDA, diakses April 24, 2025, https://alkitab.sabda.org/commentary.php?book=47&chapter=8&verse=9

54.  konsep pelayanan kasih menurut surat 2 korintus 8-9 - STT SAAT Institutional Repository, diakses April 24, 2025, https://repository.seabs.ac.id/bitstream/handle/123456789/1113/Bab%201.pdf?sequence=31&isAllowed=y

55.  SRHI 30 SEP 22 – TUHAN MENGHARAPKAN KEMURAHAN HATI UMAT-NYA (2 Korintus 8:1-9), diakses April 24, 2025, https://gbik.info/index.php/2022/09/29/srhi-30-sep-22-tuhan-mengharapkan-kemurahan-hati-umat-nya/

56.  Konsep Pelayanan Kasih Menurut Surat 2 Korintus 8-9 dan Implikasinya Terhadap Pelayanan Memberi Dalam Gereja, diakses April 24, 2025, https://repository.seabs.ac.id/handle/123456789/1113

57.  2 Korintus 8–9 - The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints, diakses April 24, 2025, https://www.churchofjesuschrist.org/study/manual/new-testament-seminary-teacher-manual-2023/2-corinthians-8-9?lang=ind

58.  Apa artinya bahwa Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia (2 Korintus 9:8)?, diakses April 24, 2025, https://www.gotquestions.org/Indonesia/melimpahkan-segala-kasih-karunia.html

59.  Yenny,1* Susilo Susanto 2, Ronald Sianipar 3, Sabar Manahan Hutagalung 4David Martinus Gulo5 1, 2, 3, 4, 5 Prodi Teologi, STT Re - OSF, diakses April 24, 2025, https://osf.io/vg2n9/download

60.  Hakikat Memberi Dengan Sukacita: Kajian Eksegetis 2 Korintus 9:6-15, diakses April 24, 2025, https://e-journal.iakntarutung.ac.id/index.php/areopagus/article/download/929/pdf

61.  Apa Kata Alkitab Tentang Memberi? - Transformasi, diakses April 24, 2025, https://transformasi.com/2024/01/29/apa-kata-alkitab-tentang-memberi/

62.  Kemurahan Hati - Sabbath School, diakses April 24, 2025, https://sabbath-school.adventech.io/ms/2019-03/12/04-tuesday-kemurahan-hati

63.  Sepuluh Prinsip Kristen dalam Memberi | Christian Counseling Center Indonesia (C3I), diakses April 24, 2025, https://m.c3i.sabda.org/sepuluh_prinsip_kristen_dalam_memberi

64.  Kehidupan Jemaat Mula-Mula sebagai Teladan dalam Kesejahteraan Ekonomi Jemaat - Jurnal STT Simpson, diakses April 24, 2025, https://journal.sttsimpson.ac.id/index.php/NCCET/article/download/699/275

65.  Wajibkah membayar persepuluhan? - Gereja Trinitas, diakses April 24, 2025, https://www.trinitas.or.id/wajibkah-membayar-persepuluhan/

66.  persembahan persepuluhan (9) - Pemahaman Alkitab, diakses April 24, 2025, https://www.golgothaministry.org/perpuluhan/perpuluhan_14.htm

67.  PERSEPULUHAN DALAM PERJANJIAN BARU: BUKAN GAK ADA, JUSTRU STANDARD-NYA NAIK!| SIT IN PODCAST #shorts - YouTube, diakses April 24, 2025, https://m.youtube.com/shorts/fPi-e3y2azw

68.  Imam Besar Menurut Melkisedek - Gereja Reformasi Indonesia, diakses April 24, 2025, https://gri.or.id/news/view/214/imam-besar-menurut-melkisedek

69.  Ibrani 7:8-10 Pikirkan juga perbedaan ini: Para pelayan dari suku Lewi itu, yang menerima perpuluhan, hanyalah manusia biasa yang akan mati, sedangkan kesaksian Firman TUHAN tentang Melkisedek mengatakan bahwa dia (c) Imam-imam Yahudi yang menerima persepuluhan dari umatnya, semua mati; Melkisedek, di sisi lain, hidup terus karena - Bible.com, diakses April 24, 2025, https://www.bible.com/id/bible/compare/HEB.7.8-10

70.  Ibrani 7 (FAYH) - Alkitab Mobile SABDA, diakses April 24, 2025, https://alkitab.mobi/fayh/Ibr/7

71.  Ibrani 7:1-10 Melkisedek adalah raja kota Salem sekaligus imam Allah Yang Mahatinggi. Dialah yang bertemu dengan Abraham ketika Abraham dan teman-temannya kembali dari peperangan mengalahkan semua pasukan dari bebe | Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI) | Unduh Aplikasi Alkitab Sekarang Juga - Bible.com, diakses April 24, 2025, https://www.bible.com/id/bible/320/HEB.7.1-10.TSI

72.  Ibrani 7 (TB) - Tampilan Pasal - Alkitab SABDA, diakses April 24, 2025, https://alkitab.sabda.org/bible.php?book=58&chapter=7

73.  Belajar Dari Melkisedek - GKJ Serpong, diakses April 24, 2025, https://gkjserpong.org/sermon/belajar-dari-melkisedek/

74.  Siapakah Melkisedek itu? - Got Questions, diakses April 24, 2025, https://www.gotquestions.org/Indonesia/Melkisedek.html

75.  Ibrani 7 - Alkitab Deuterokanonika Online, diakses April 24, 2025, https://alkitab.katakombe.org/perjanjian-baru/ibrani/ibrani-7.html

76.  21. Perpuluhan Adalah Milik Allah Yang Kudus - Halaman DCI, diakses April 24, 2025, https://dci.org.uk/id/ind-ske21/

77.  Kristen kharismatik - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses April 24, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Kristen_kharismatik

78.  PERSEPULUHAN SEBAGAI DASAR MEMPEROLEH CHARITABLE DEDUCTION: STUDI BANDING INDONESIA DAN AMERIKA SERIKAT1, diakses April 24, 2025, https://ejournal.undip.ac.id/index.php/mmh/article/viewFile/41158/21741

79.  ELIA MYRON: INGAT! PERSEPULUHAN TIDAK LAGI BERLAKU! PAHAMI INI - YouTube, diakses April 24, 2025, https://www.youtube.com/watch?v=v869n-AI_M8

80.  Perpuluhan, "Upeti" Jemaat kepada Pendeta/Gembala..?? Halaman 1 - Kompasiana.com, diakses April 24, 2025, https://www.kompasiana.com/saut_purba/5528a8bc6ea834ed668b45a8/perpuluhan-upeti-jemaat-kepada-pendeta-gembala

81.  Theological Review of the Meaning of Returning Tithe Offerings to God's Treasury According to Malaki 3:10 - Formosa Publisher, diakses April 24, 2025, https://journal.formosapublisher.org/index.php/marcopolo/article/download/3639/3217/11834

82.  Kontrak Memberi Persepuluhan - Advent DSKU, diakses April 24, 2025, https://www.adventdsku.org/kontrak-memberi-persepuluhan/

83.  kristen ortodoks syria dalam paham keagamaan bambang noersena, diakses April 24, 2025, https://repository.radenfatah.ac.id/21413/1/JURNAL%20NILA%20new.pdf

84.  TATA GEREJA DAN TATA LAKSANA GKPS | SINODE GKPS | Mobile Version, diakses April 24, 2025, https://gkps.or.id/tata-gereja-dan-tata-laksana-gkps/

85.  Mengenal Persembahan Persepuluhan (1) - Gereja Kristen Jawa Joglo, diakses April 24, 2025, https://www.gkjjoglo.com/single-post/2019/05/12/mengenal-persembahan-persepuluhan-1

86.  Perpuluhan – Persembahan Minggu – Persembahan Iman – GPBB - Gereja Presbyterian Bukit Batok, diakses April 24, 2025, https://gpbb.org/perpuluhan-persembahan-minggu-persembahan-iman/

87.  Anabaptis - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses April 24, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Anabaptis

88.  Bab 9: Hukum Persepuluhan, diakses April 24, 2025, https://www.churchofjesuschrist.org/study/manual/teachings-of-presidents-of-the-church-howard-w-hunter/chapter-9-the-law-of-tithing?lang=ind

89.  Bab 32: Persepuluhan dan Persembahan, diakses April 24, 2025, https://www.churchofjesuschrist.org/study/manual/gospel-principles/chapter-32-tithes-and-offerings?lang=ind

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman Untuk Download

Download Video Animasi Easy Worship Download Naskah Drama Download Lagu-Lagu Download Partitur Lagu Paduan Suara Download Software Download ...